dc.description |
Allah yang berdiam di tengah-tengah umat-Nya merupakan suatu janji yang seringkali diulang-ulang dalam Alkitab. Allah menyatakan janji ini di sepanjang kitab-kitab Perjanjian Lama dan terus berlanjut di dalam Perjanjian Baru, karena kerinduan kasih-Nya untuk berdiam bagi umat manusia. Kediaman Allah dengan umat manusia telah dimulai dari penciptaan, ketika Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, kemudian "Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur, disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu" (Kej. 2:8). Ronald F. Youngblood menyatakan bahwa laman di Eden adalah "tempat yang disediakan Allah bagi manusia pertama untuk hidup dalam keindahan" Di tempat inilah pasangan manusia pertama menjalin hubungan yang indah dengan Allah dan menikmati segala sesuatu yang telah disediakan dalam taman di Eden. Setelah kejatuhan ke dalam dosa, hubungan yang indah ini segera menjadi rusak karena ketidaktaatan umat manusia (Kej. 3:8, 24). Sebagai akibatnya, Adam dan Hawa diusir dari taman di Eden, sehingga mereka terpisah dari pohon kehidupan dan tidak lagi mempunyai suatu hubungan yang intim dengan Allah. Namun, janji di mana Allah akan berdiam dengan umat manusia dapat dilihat kembali dalam ucapan berkat Nuh kepada anak-anaknya, dikatakan: '"kiranya Allah meluaskan tempat kediaman Yafet, dan hendaklah Ia (Allah) tinggal dalam kemah-kemah Sem'' (Kej. 9:27). Ayat ini, bagi para pembaca Aramaik berbunyi: "Dia akan menyatakan shekina (kemuliaan-Nya) untuk tinggal dalam kemah-kemah Sem." |
|