Makna dan Signifikansi Peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul Pasal 2

Luciana Lazuardi

dc.provenance	Jakarta
dc.contributor.advisor	Yohanes A. Hartopo
dc.contributor.author	Luciana Lazuardi
dc.date.accessioned	2022-12-07T03:53:24Z
dc.date.available	2022-12-07T03:53:24Z
dc.date.issued	2004-11-07
dc.identifier.uri	https://repository.sttaa.ac.id/xmlui/handle/123456789/237
dc.description	Sejak taahun 1980an, muncul semangat dalam mengikuti berbagai aktifitas gereja dan persekutuan pada berbagai kalangan masyarakat kristen di Indonesia, dari lapisan terbawahsampai lapisan teratas. Menurut Andrew Greeley dari International Social Survey Program yang dikutip oleh Millard J. Erickson, semangat beragama (growing religiosity) berkembang diberbagi belahan dunia, terutama di Amerika dan Eropa Timur sejak 20 tahun terakhir. Pada umumnya semangat ini kurang diiringi dengan pengetahuan tentang dasar-dasar iman Kristen yang memadai. Banyak orang Kristen tertarik dan mengikuti praktek-praktek agama yang memberikan kesan menakjubkan, ajaib, tanpa mengkaji dan menguji apakah praktek-praktek tersebut sesuai dengan ajaran firman Tuhan yang tertulis, baik Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Bangkitnya agama pengalaman (the rise of experiential religion) mendorong orang-orang Kristen mencari berbagai pengalaman "istimewa" dengan Roh Kudus. Penekanan pada hal-hal seperti ini menjadi ciri khas dari gerakan Kharismatik (New Pentecostalism). Pada umumnya orang-orang percaya dan sudah dibaptis (air) dari gerakan ini berkeinginan kuat untuk mendapatkan second blessing, yaitu suatu pengalaman dibaptis dengan Roh Kudus yang disertai dengan fenomena khusus. Baptisan Roh Kudus diperoleh melalui hembusan nafas atau penumpangan tangan oleh para rohaniwan kepada jemaat dari gerakan ini.
dc.publisher	STT Amanat Agung
dc.subject	Peristiwa Pentakosta
dc.subject	Kisah Para Rasul
dc.title	Makna dan Signifikansi Peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul Pasal 2
dc.type	Skripsi