dc.description |
Manusia dengan segala dinamikanya merupakan sosok yang menarik untuk dibicarakan sepanjang zaman. Manusia sebagai makhluk cîptaan Tuhan memiliki daya kreatifilas yang luar blasa. Tidak heran, Pemazmur di dalam Mazmur 8:4-7 mengungkapkan pernyataan yang indah, yang menggambarkan betapa menakjubkannya manusia itu. Jlka aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: Apakah manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu, segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya.
Namun di sisi lain, jika melihat perjalanan hidup manusia di dalam dunia ini, sepertinya hidup manusia hanya seperti menjalani satu perjalanan hidup yang hanya diisi oleh liga hal, yaitu: lahir, hidup dan kematian. Dan realitas kematian seolah-olah memberi pemahaman bahwa setiap usaha dan kerja keras manusia di dalam dunia ini tidak ada gunanya. Semuanya akan berakhir di dalam kematian. Oleh karena itu, tidak heran Qohelet, seorang yang sudah merefleksikan hidupnya dalam kitab Pengkotbah menyatakan: "Kesia-siaan belaka, kata Qohelet, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia" (Pengkotbah 1:2). |
|