Description:
Tidak ada satu sisi kehidupan yang tidak menjadi jangkauan etika, baik etika sebagai ilmu pengetahuan maupun dalam pengertian sebagai bagian kehidupan praktis. Buku ini sengaja penulis diberi judul "Kultus dan Kultur". Karena Tuhan adalah subjek kultus, yang seharusnya yang memberikan mandat kebudayaan (kultur) kepada manusia (Kejadian 1:28). Pada awalnya relasi antara Kultus dan Kultur sedemikian harmonis, sehingga Adam pun sempat melaksanakan tugas kultur dengan baik, yaitu ketika Adam memberi nama binatang-binatang sebagai pelaksanaan kuasa yang Tuhan berikan (Kejadian 2:20). Namun sesudah manusia berdosa, meskipun mandat kebudayaan itu tidak Tuhan cabut, namun dilaksanakan tanpa kontrol Tuhan. Manusia memang maju dan berkembang dalam melaksa- nakan tugas budaya. Namun sisi ketidakharmonisan relasi antara Tuhan dengan manusia, manusia dengan sesama, bahkan manusia dengan ciptaan yang lain selalu ada sisi ketidakharmonisan relasi. Dalam konteks inilah penulis hendak menyoroti, apa yang seharusnya Gereja lakukan sebagai garam dan terang dunia. Gereja sebagai representatif Allah untuk menjalankan misi Tuhan Yesus dalam konteks kebudayaan. Bahwa Kabar Baik, Injil itu nyata terwujud secara konkret dalam pemulihan relasi Kultus dan Kultur. Pelaksanaan Mandat Kebudayaan yang sudah sedemikian rupa dengan segala kemajuannya, jangan sampai menjadi seperti "kacang karena panas, lupa akan kulitnya". Penulis sangat berharap agar buku "Kultus dan Kultur" ini tidak menjadi sajian hanya di ruang kuliah, ruang perpustakaan dan mengisi rak-rak buku pribadi, namun menjadi realitas yang konkret rekonsiliasi Kultus dengan Kultur. Tentu buku ini bukan produk yang sempurna. Namun dalam ketidaksempurnaan itu, penulis berharap paling tidak membawa kita kepada suatu kesadaran bahwa kebudayaan harus menjadi perhatian yang serius, yang membutuhkan pewujudan karya keselamatan Kristus. Manusia sebagai pelaksana mandat kebudayaan yang telah mengalami pembaruan relasi dengan Allah. Manusia bertanggung jawab untuk memberitakan dan mewujudnyatakan keselamatan dalam kebudayaan.