Description:
Suatu kali dalam sebuah percakapan sederhana tentang dunia dan masa depannya, seorang teman mengeluhkan bahwa dunia ini memiliki segalanya kecuali damal, the world has anything but peace. Pernyataan ini terdengar biasa bagi orang kebanyakan, tetapi cukup membuat tersentak bagi orang yang sensitif dengan isu mengenai pembangunan perdamaian dunia. Fenomena damai sebagai barang langka di dunia ini dibuktikan dengan masih banyaknya perang yang terus terjadi di berbagai belahan dunia, dan itu menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mudah sekali terlibat dalam konflik tajam. Ironinya, munculnya konflik baik dalam skala nasional maupun internasional sering kali dipicu oleh hal-hal sepele yang harusnya mudah untuk diselesaikan baik-baik jika hati nurani dan akal sehat berada pada radar kewarasan. Dalam konteks Indonesia, mewujudkan perdamaian selalu menjadi isu yang tak henti digaungkan. Indonesia adalah negara yang dikenal dengan kultur ramah; dan kultur ini menjadi semakin kuat karena ditopang dengan falsafah hidup gotong royong yang melekat dalam pola kehidupan masyarakatnya. Tetapi tampaknya kedua pilar ini tidak cukup kuat men jaga bangsa ini untuk tidak terjerumus pada konflik. Tercatat beberapa konflik besar antarsuku di Indonesia di antaranya konflik antara suku Dayak dengan suku Madura di Sampit pada tahun 2001, konflik antara suku Lampung dan suku Bali di Lampung pada tahun 2009, konflik panjang bertahun-tahun antara suku Aceh asli dengan suku Jawa pendatang di Aceh, konflik antarsuku di Papua yang terus terjadi hingga saat ini.