dc.description.abstract |
Emansipasi wanita telah membuka kesempatan yang semakin lama semakin lebar bagi perempuan untuk mengekspresikan diri, bukan hanya dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi saja, melainkan kesempatan ini juga telah merembes ke dalam kehidupan kerohanian. "Emansipasi" dalam kehidupan kerohanian ini khususnya di Indonesia dapat dirasakan "gebrakannya" bukan hanya dalam kalangan penganut agama Kristen, melainkan juga dalam kalangan penganut agama Islam. Hal ini dapat dibuktikan melalui kemunculan buku-buku atau artikel-artikel tentang perempuan yang ingin mendobrak pintu-pintu penghalang bagi mereka untuk berkiprah dalam dunia kerohanian. Salah satu kritik perempuan terhadap agama Islam muncul dalam Harian Kompas edisi Senin, 9 Oktober 2006 pada hlm. 43 dengan judul "Androsentrisme dalam Agama." Seiring berjalannya waktu, feminisme terus mengalami perkembangan pesat. Sampai sekarang, para ahli sudah mengelompokkan gerakan ini ke dalam tiga gelombang sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dalam gerakan ini. Gelombang pertama gerakan ini dimulai oleh perempuan kelas menengah kulit putih di Amerika pada akhir abad ke 19, walaupun cikal-bakal dari gerakan ini sebenamya sudah muncul pada abad pertengahan. Gelombang kedua dari gerakan ini muncul pada tahun 1960-an dan kemudian disusul oleh gerakan féminisme gelombang ketiga yang hadir berbarengan dengan féminisme gelombang kedua. Maksudnya, feminisme gelombang ketiga ini lahir ketika feminisme gelombang kedua masih eksis dan berkembang. Feminisme gelombang ketiga ini lahir di era tahun 90-an dan lebih dikenal dengan sebutan "posfeminisme." Posfeminisme ini merupakan evaluasi terhadap gerakan feminis yang sudah muncul sebelumnya. |
|