dc.description |
Suatu kali saya mendapati sebuah kalimat seperti ini:
“Sesungguhnya bukan kematian yang menakutkan bagi
kita, tetapi saat-saat menjelang kematian itu.” Sebagai
orang Kristen, kita mungkin sudah berkali-kali belajar
bahwa kematian adalah sebuah pengalaman yang
justru membawa kita memasuki dimensi kekekalan
bersama dengan Tuhan Yesus. Namun, meski demikian,
tetap saja ketika saat-saat menjelang datangnya
kematian itu terjadi di depan kita, peristiwa itu selalu
menggentarkan hati. Perasaan ini juga dialami oleh Yesus dalam natur-Nya
sebagai manusia. Saat peristiwa kematian-Nya sudah
semakin dekat, Ia bergumul dengan hebat dalam
kesedihan (sorrowful) dan kegentaran (troubled) di
taman Getsemani. Dalam beban berat pergumulan yang
harus ditanggung-Nya, di taman sunyi itu Ia berdoa
kepada Bapa-Nya demikian: “Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki.” Apakah yang Yesus maksudkan ketika Ia menyerukan
doa tersebut? Apakah kalimat doa itu menyiratkan
bahwa Yesus tidak siap untuk menyerahkan diri-Nya?
Ataukah justru menunjukkan bahwa Ia tidak rela
menyerahkan nyawa-Nya demi manusia? Ataukah hal
itu merupakan ekspresi ketidaktaatan Anak Allah
kepada Bapa-Nya? Tentu tidak demikian. Yesus jelas
siap, rela dan taat sepenuhnya pada kehendak Bapa-
Nya. Jika demikian, apa makna di balik seruan doa
Yesus di taman Getsemani malam itu? Apa arti seruan
itu bagi pemahaman iman kita terhadap pengorbanan
yang Yesus lakukan demi keselamatan kita? |
en_US |