dc.description.abstract |
Relasi antara teologi dan sains masih menjadi perdebatan dalam dunia akademisi maupun jemaat. Kesukaran untuk memahami hubungan di antara teologi dan sains disebabkan oleh filsafat modem yang telah menguasai pola pikir, baik di komunitas teologi maupun sains secara khususnya, dan juga pola pikir masyarakat pada umumnya. Ciri khas filsafat modem adalah epistemologi Fondasionalisme, filsafat bahasa Referensialisme serta metafisika Reduksionisme. Untuk memecahkan permasalahan antara teologi dan sains maka Nancey Murphy menegaskan perlunya menggunakan filsafat pascamodern Anglo-Amerika yang dicirikan dengan epistemologi Holisme, filsafat bahasa Linguistic Holism serta metafisika Non-reduksionisme. Filsafat pascamodern akan memungkinkan digunakannya konsep Hierarki Ilmu-ilmu yang menghargai perbedaan masing-masing ilmu sembari tetap menjalin interaksi satu dengan yang lain. Selâin itu, filsafat pascamodern juga menunjukkan bahwa teologi dan sains dapat memiliki struktur dasar ilmu dan penelitian yang serupa, sehingga teologi pun dapat secara sah disebut sebagai ilmu dalam Hierarki Ilmu-ilmu. Murphy menunjukkan bahwa teologi dan sains memiliki kemiripan sekaligus perbedaan, setara namun tidak sama. Dengan memahami haï tersebut maka relasi antara teologi dan sains dapat memasuki tahapan baru untuk saling memperkaya dan mempertajam satu dengan yang lain. |
en_US |