dc.description.abstract |
Perumpamaan merupakan cara Yesus menyatakan siapa diri-Nya secara
ontologis dan karya-Nya secara fungsional. Teologi tentang Allah dan
kerajaan Allah disampaikan Yesus melalui perumpamaan dalam bentuk
perbandingan. Membandingkan suatu hal yang tidak dipahami manusia
dengan suatu hal yang dipahami manusia. Berbagai metode dalam penafsiran
perumpamaan menghasilkan keberagaman dalam membaca perumpamaan
Yesus. Perumpamaan cenderung ditafsirkan sesuai dengan keinginan
penafsir sehingga perumpamaan kehilangan esensi perumpamaan yang
diinginkan Yesus. Membaca perumpamaan dengan esensi perumpamaan
yang disampaikan Yesus menjadi dasar bagi penulisan tesis ini untuk
mendapatkan makna baru dalam ilmu penafsiran modern kini. Metode baru
yang lebih komprehensif diperlihatkan penulis dalam menemukan makna
Lukas 15. Dengan menggali karakter-karakter yang ada dalam Lukas 15
ditemukan karakter keharusan, ketekunan dan kasih yang dibandingkan
dengan sukacita surgawi, sukacita malaikat dan sukacita bumi. Melalui
perumpamaan ini Yesus mengajarkan sukacita surga yang terjadi ketika
karakter keharusan, ketekunan dan kasih ada pada pendengarnya. Ini
menjadi efek kejut pada pembaca kontemporer masa kini yang sudah
mengakui memiliki sukacita di dalam hidup dan pelayanannya, tetapi
pengajaran Yesus ini berkata harus lebih lagi untuk sukacita dinyatakan.
Mempertebal makna sukacita menjadikan tesis ini merekonstruksi makna
sukacita yang telah ada atau telah dimiliki dengan menambahkan makna
lebih lagi. Bagaimana proses ini dapat terjadi? Tesis ini akan menjawabnya
dengan lebih komprehensif. |
en_US |