dc.description |
Penderitaan merupakan satu hal yang seringkali masih menjadi momok dalam kehidupan manusia. Banyak orang berusaha untuk menghindari penderitaan. Jika dapat semua manusia pada umumnya tidak menginginkan terjadi penderitaan dalam hidupnya. Sebagian orang masih berasumsi bahwa penderitaan seringkali dikaitkan dengan dosa. Hal ini dapat kita jumpai dalam Perjanjian Lama. Ketika tokoh Ayub mengalami penderitaan bertubi-tubi, ia dituduh telah melakukan dosa atau pelanggaran sehingga ia harus menderita. Keterkaitan antara penderitaan dan dosa mulai mengalami pergeseran dalam Perjanjian Bana. Hal ini diperkuat dengan adanya penderitaan yang harus dipikul oleh sesosok pribadi yang dikatakan tidak pemah berbuat dosa dan tidak pernah dijumpai adanya kebohongan dalam DiriNya (1 Ptr. 2:22). Bahkan dikatakan bahwa la menderita justru dikarenakan adanya dosa manusia yang harus dipikulNya, dan untuk itu la rela mati di kayu salib (1 Ptr. 2:24). Pribadi tersebut adalah Yesus. Yesus menderita karena melalui penderitaanNya, seluruh umatNya dapat mengikuti teladanNya di dalam menanggung penderitaan. Di samping itu Yesus menginginkan agar manusia dapat turut mengambil bagian dalam penderitaanNya karena untuk itulah manusia dipanggil (1 Ptr. 2:21). Dengan demikian jelas bahwa melalui Diri Yesus, keterkaitan yang erat di antara dosa dan penderitaan sebagaimana merupakan kekhasan Perjanjian Lama telah dihapuskan. |
|