dc.description |
Tugas gereja, termasuk gereja Tionghoa, adalah
terus mempersiapkan umatnya untuk menggemakan
suara kenabian dan mendobrak tembok-tembok
pemisah, serta meningkatkan kiprah mereka dalam
nation-building. Salah satu tantangan yang dihadapi
oleh gereja hari ini adalah pandangan bahwa gereja
hidup secara eksklusif, baik secara doktrin maupun
relasi. Secara doktrin, gereja mengeklaim Yesus
sebagai satu-satunya jalan dan menimbulkan banyak
reaksi di dalam maupun dari pihak di luar gereja.
Secara relasi, banyak pihak menilai bahwa gereja
memarjinalkan orang-orang yang berbeda ras,
agama, atau orientasi seksual. Tulisan ini akan secara khusus membicarakan
gereja Tionghoa Indonesia dan eksklusivitas
hubungan antarras. Pertama, saya akan memulai dengan mengulas pergumulan orang Tionghoa Indonesia dalam
permasalahan relasi dengan etnis lainnya. Hal ini diperlukan karena tidak
dapat disangkal bahwa “ketionghoaan” dan pengalaman orang Tionghoa
di Indonesia turut mewarnai gereja Tionghoa Indonesia. Kedua, saya akan
mengulas sikap gereja Tionghoa Indonesia menghadapi isu relasi antarras.
Terakhir, saya akan menutup pembahasan dengan kesimpulan. |
en_US |