dc.description |
“Kami mau mencoba lagi!” tekad seorang teman tidak lama setelah
istrinya mengalami keguguran pada usia kehamilan 6 bulan. Perkataan
ini mengagetkan saya karena janin yang gugur itu sempat didiagnosis
mengalami down syndrome. “Kalian nggak takut kalau mencoba lagi ada
potensi anak berikutnya juga punya down syndrome?” Di balik pertanyaan
itu saya memang membayangkan susahnya merawat dan membesarkan
anak dengan down syndrome, apalagi di Indonesia yang masih minim
fasilitas penunjang bagi penyandang disabilitas. Belum lagi berbagai stigma
negatif yang masih dikenakan oleh masyarakat—termasuk Gereja—pada
penyandang disabilitas dan keluarga. Hal ini tentu membuat kehidupan
mereka menjadi makin tidak mudah.
Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan pada bulan Juni 2023, jumlah penyandang
disabilitas di Indonesia mencapai kurang lebih 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk.
Di balik data statistik ini tersimpan berbagai
pengalaman buruk yang dialami oleh para penyandang disabilitas ini.
Yusak B. Setiawan mendaftarkan beberapa pengalaman buruk yang
dialami oleh penyandang disabilitas di Indonesia.
Pertama, stigma dan
penolakan masyarakat terhadap penyandang disabilitas karena dianggap
sebagai manusia yang tidak normal, aib bagi keluarga, dan beban
masyarakat. Kedua, diskriminasi terhadap penyandang disabilitas terkait
perumusan kebijakan publik. Ketiga, keterbatasan akses penyandang
disabilitas terhadap pelayanan publik, misalnya fasilitas sekolah, lalu lintas, rumah sakit, tempat ibadah, dan hiburan. Penyandang disabilitas
dipaksa untuk hidup berdasarkan standar yang diperuntukkan bagi orang
tanpa disabilitas. Keempat, diskriminasi dalam penafsiran kitab suci yang
menganggap disabilitas sebagai akibat dari dosa.
Penafsiran terhadap teks kitab suci sering kali menjadi salah satu
penyebab stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di
dalam komunitas orang percaya. Sebab itu, tulisan ini akan menelusuri
secara singkat perkembangan teologi disabilitas di dalam Alkitab sebagai
dasar bagi Gereja untuk menjadi komunitas yang inklusif bagi penyandang
disabilitas. |
en_US |