STT Amanat Agung Repository

Mengembangkan Inklusivitas Kehidupan Berjemaat: Upaya Merangkul Anggota Jemaat dengan Disabilitas

Show simple item record

dc.contributor.author Nostalgia Pax Nikijuluw
dc.date.accessioned 2024-11-14T05:01:57Z
dc.date.available 2024-11-14T05:01:57Z
dc.date.issued 2024-08
dc.identifier.isbn 978-623-98922-9-6
dc.identifier.uri https://repository.sttaa.ac.id/xmlui/handle/123456789/702
dc.description Saat memasuki sebuah kafe, umumnya kita akan disambut dengan aroma kopi, musik yang enak di telinga, dan sapaan bersahabat dari para barista. Namun, tidak semua kafe seperti ini. Ada sebuah kafe yang unik. Memasuki kafe ini, pengunjung akan disambut dengan suasana hening beraroma harum kopi disertai pemandangan para barista yang melayani dalam keheningan, juga dengan sapaan yang unik. Kafe tersebut dilayani oleh para barista dari teman tuli, demikian sebutannya, yang memiliki keterbatasan pendengaran, tetapi diberi pelatihan sehingga dapat berkarya. Keterbatasan untuk mendengar dan berbicara tidak menghalangi teman tuli dalam melayani para pengunjung. Rasa penasaran ingin tahu, sedikit gugup ketika memesan karena tidak bisa berbahasa isyarat, terkagum dengan kesigapan para barista dalam melayani pelanggannya, bercampur dalam diri. Nyatanya perasaan- perasaan itu akhirnya memupus rasa asing yang unik, ketika memasuki ruangan kafe sunyi itu. Keheningan yang tercipta bahkan memberi banyak kesempatan memperhatikan dalam diam, merenung, berpikir reflektif, melihat persamaan, menerima perbedaan, dan mengakui kemampuan serta karakteristik unik seseorang mengenal lingkungan lebih baik. Perjumpaan singkat itu memberi kesempatan belajar untuk bersikap inklusif. Hal ini memperlihatkan bahwa proses belajar tidak hanya terjadi dalam bentuk formal—melibatkan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang telah dirancang dan terstruktur. Proses belajar juga dapat terjadi pada ruang lingkup pembelajaran informal dan non-formal. Alkitab mencatat jawaban Yesus atas keragu-raguan Yohanes dalam Matius 11:5. Yesus dengan jelas menyatakan tindakan-Nya untuk menyembuhkan yang buta, lumpuh, tuli, kusta, dan untuk memberitakan kabar baik. Yesus menjangkau dan memberikan pelayanan, menjawab kebutuhan umat dengan keterbatasannya. Gereja saat ini juga dipanggil untuk memberitakan kabar baik kepada semua orang, memberikan pelayanan kepada jemaat, termasuk mereka yang mengalami keterbatasan. Perjuangan mengembangkan inklusivitas dalam kehidupan berjemaat membutuhkan berbagai upaya semua pihak. Meningkatkan pemahaman atas kondisi dan kebutuhan jemaat dengan disabilitas, dapat menjadi awal yang tepat untuk mengembangkan sikap inklusif jemaat dalam menerima perbedaan, memandang dengan kesetaraan bahkan merangkul jemaat dengan disabilitas. Dengan memberikan dasar pemahaman, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi, serta mencari solusi atas kondisi tersebut, diharapkan gereja dapat menjadi tempat yang ramah bagi setiap anggotanya, tanpa memandang perbedaan kondisi atau kemampuan fisik mereka. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher STT Amanat Agung en_US
dc.relation.ispartofseries Gereja bagi Semua;113-122
dc.subject Inklusivitas en_US
dc.subject Jemaat en_US
dc.subject Disabilitas en_US
dc.title Mengembangkan Inklusivitas Kehidupan Berjemaat: Upaya Merangkul Anggota Jemaat dengan Disabilitas en_US
dc.type Book chapter en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

  • Bab Buku
    Bab buku karya civitas academica STT Amanat Agung (Book chapters by STTAA community)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account