Abstract:
Bertentangan dengan pendapat mayoritas sarjana Perjanjian Baru, Philip Towner membuktikan bahwa pengharapan eskatologis hadir dengan kuat dalam Surat Pastoral dan terkait erat dengan etika. Meskipun berhasil menegaskan keberadaan relasi eskatologi dan etika, tetapi aspek relasi tersebut kurang jelas didemonstrasikan oleh Towner. Penelitian ini menganalisa motif penghakiman eskatologis untuk memperlihatkan relasi eskatologi dan etika dengan menggunakan kajian eksegetis. Penelitian dibatasi pada Surat 2 Timotius, di mana motif penghakiman eskatologis hadir dengan cukup dominan dibandingkan dengan dua Surat Pastoral lainnya. Penelitian terhadap relasi eskatologi dan etika dalam Surat 2 Timotius dilakukan terhadap tiga teks yang mengandung bahasa penghakiman eskatologis, yang objeknya adalah Onesiforus (2Tim. 1:15-18), Paulus (2Tim. 4:1-8), dan Aleksander (2Tim. 4:14-15). Dengan menganalisa makna dan fungsi motif penghakiman eskatologis, relasi eskatologi dan etika diperlihatkan dengan lebih jelas dan berlangsung dalam dua arah bolak-balik dan saling memengaruhi (interplay). Sebagai subjek penghakiman eskatologis, Tuhan Yesus akan menghakimi Onesiforus, Paulus, dan Aleksander menurut kriteria perbuatan, yaitu menurut sikap yang diperlihatkan terhadap Injil dan/atau Paulus. Sebaliknya, Paulus memakai motif penghakiman eskatologis untuk memotivasi Timotius, yang kepadanya surat 2 Timotius ditujukan, agar tidak malu terhadap Injil dan terhadap Paulus tetapi dengan setia melayani Injil dan Paulus.