Abstract:
Pernikahan adalah sarana primer bagi pemuridan pasangan suami-istri.
Pemuridan harus menjadi tugas dari pasangan suami-istri dalam pernikahan
Kristen. Pemuridan itu harus dilaksanakan dan dilakukan di dalam konteks
komunitas. Pernikahan Kristen juga adalah komunitas. Komunitas di mana
pasangan suami-istri saling mentransformasi diri. Penyebab utama
kegagalan di dalam pernikahan adalah karakteristikpersahabatan antara
pasangan suami-istri tidak hadir. Padahal Kejadian 2:18-25 memperlihatkan
bahwa karakteristik pernikahan Kristen adalah persahabatan
(companionsbip). Ini adalah inisiatif Allah bagi manusia. Adam tidak dapat
bekerja sendiri di dalam melaksanakan mandat Allah oleh sebab itu Allah
memberikan Hawa sebagai rekan sekerja Adam. Konsep pernikahan Kristen
adalah inisiatif Allah yang mempersatukan mereka di dalam perjanjian
[kovenan) agar menjalankan mandat Allah dan menjadi kesaksian bagi dunia.
Konsep dari Kejadian 2:18-25 dilakukan secara sempurna di dalam relasi
Kristus-gereja. Kristus-gereja menjadi teladan yang sempurna bagi pasangan
suami-istri di dalam Efesus 5:22-33. Di mana Kristus terlebih dahulu
mengasihi gereja demikian suami mengasihi istri. Di mana gereja tunduk
kepada Kristus begitu pula istri tunduk kepada suami karena kasih yang
sudah dinyatakan oleh suaminya. Praktik pemuridan yang dapat dilakukan
oleh pasangan suami-istri memiliki empat model, model transformation,
homemaking, neighborhood, dan persahabatan rohani. Terkhusus
persahabatan rohani yang didasari oleh perjanjian dan dijiwai oleh relasi
Kristus-gereja. Persahabatan rohani pasangan suami-istri harus
mentransformasi tiga aspek penting yaitu komunikasi, seks, dan pelayanan.