Abstract:
Skripsi inl berangkat dari kegelisahan penulis melihat konsep gereja memandang misi. Penulis hendak menyatakan premis bahwa misi adalah sebuah bentuk vitalitas yang dimiliki oleh setiap orang yang sudah bertobat, dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Sehingga, hakikinya setiap orang percaya memiliki kemampuan untuk bertindak bermisi. Namun, karena kelengahan gereja, ibadah raya setiap hari Minggu tidak dipersiapkan secara sungguh-sungguh untuk kembali menampilkan Theo-drama. Theo-drama ditempatkan sebagai sebuah usaha untuk menampilkan seluruh ekspresi tindakan Allah. Dalam hal ini berpusat pada Kristus. Penulis mengusulkan ibadah perlu dipersiapkan secara serius, yang artinya adalah dalam ibadah diperlihatkan seluruh tindakan pelaku ibadah (jemaat, liturgis, pengkhotbah, pemusik, penyanyi, paduan suara] bertindak ekspresif, Jiwa dari pemikiran ide Theo-drama dipakai sebagai sebuah penggambaran bahwa dalam pelaksanaan liturgi, seluruh bagian tersebut harus dijiwai sebagaimana sebuah persiapan pementasan drama. Dari ekspresi yang muncul dalam ibadah, akan melahirkan sebuah proses revitalisas! jiwa bermisi pada jemaat. Selanjutnya jemaat akan bertumbuh sebagai pribadi yang mampu berteologi mengenai seluruh tindakan Allah kepada dirinya. Teologi tersebut akan bertransformasi sebagai sebuah praksis, dan dalam posisi tersebut jemaat sesungguhnya sudah melakukan misi, Bermisi adalah ekspresi ibadah yang benar.