Abstract:
Anak-anak 12-15 tahun, duduk di bangku SMP, sangat memerlukan perhatian orangtua mereka dalam menjalani masa transisi/peralihan menuju kedewasaan. Masa-masa ini merupakan masa-masa di mana kreativitas dan aktivitas serta intensitas hubungan dengan sesama semakin meningkat, di samping kebutuhan pribadi dalam mencari suatu identitas diri yang jelas. Perhatian dan bantuan yang diberikan oleh orangtua mereka akan sangat menolong melewati tahapan ini. Namun orangtua cenderung memberikan tannggungjawab dan pendidikan iman yang berharga ini kepada guru-guru Sekolah Minggu (dalam hal ini, Tunas Remaja Sekolah Minggu). Hal ini berbeda dengan apa yang Penulis saksikan ketika praktek dua bulan di GKJMB Pos PI Palopo, di mana para orangtua begitu bersemangat dalam memberikan pendidikan iman kristen kepada anak-anak mereka, baik secara pribadi maupun bekerjasama dengan pembina kerohanian (hambaTuhan) di Gereja. Orangtua di perkotaan cenderung mengabaikan dan kurang memperhatikan kebutuhan anak-anak mereka yang menginjak usia 12-15 tahun. Dalam era globalisasi, dengan meningkatnya persaingan hidup antar manusia berdampak pada semakin sibuknya orangtua (ayah dan ibu) bekerja untuk mencari nafkah (dan seringkali pekerjaan bukan lagi sekedar untuk mencari uang, melainkan untuk mempertahankan dan meningkatkan status sosial dalam masyarakat). Kebanyakan orangtua menganggap bahwa anak-anak mereka yang sedang berada dalam tahap pra-remaja akan bisa mengatasi sendiri masalah-masalah dan kesulitan mereka Misalnya saja dengan memberikan uang jajan yang cukup bahkan berlebih, dan juga berbagai fesilitas yang disediakan (yang seringkali sebenamya bukanlah kebutuhan dasar bagi si anak). Orangtua telah kehilangan waktu yang amat berharga dengan anak-anaknya yang pra-remaja.