dc.contributor.author |
Armand Barus |
|
dc.date.accessioned |
2023-03-31T04:49:08Z |
|
dc.date.available |
2023-03-31T04:49:08Z |
|
dc.date.issued |
2004-10 |
|
dc.identifier.issn |
2684-9194 |
|
dc.identifier.uri |
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/133 |
|
dc.description.abstract |
Setiap generasi memiliki pemimpin yang dibangkitkan Allah untuk memimpin umat-Nya. Kelihatannya tidak pernah terjadi dalam sejarah di mana, umat Allah tidak memiliki pemimpin. Setiap generasi umat Allah membutuhkan pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan konteks historis. Artinya, pemimpin bersifat unik. Keunikan masing-masing pemimpin menyebabkan perbandingan kepemimpinan harus dilakukan dengan memperhatikan konteks historis masing-masing. Ringkasnya, seorang pemimpin muncul dalam konteks dan kurun waktu sejarah tertentu. Kegagalan dan keberhasilan pemimpin terikat secara unik kepada konteks dan periode kepemimpinan. Keberhasilan seorang pemimpin mungkin dianggap sebagai kegagalan oleh generasi berikutnya. Sehingga perbandingan evaluatif kepemimpinan seseorang sebenarnya sulit dilakukan. Perbandingan evaluatif yang dilakukan tanpa memperhatikan konteks historis akan memberikan penilaian bernuansa penghakiman. Meski demikian tidak berarti kontinuitas sejarah kepemimpinan tidak dapat ditelusuri di dalam gereja. Gereja terus hadir di dalam sejarah di bawah kepemimpinan Kristus kepala gereja dan para pemimpin yang adalah hamba-hamba-Nya. Terjadinya diskontinuitas okasional kepemimpinan gereja terutama disebabkan oleh situasi dinamis konteks di mana gereja berada. Dengan demikian setiap diskusi mengenai kepemimpinan gereja harus memperhatikan baik unsur kontinuitas juga unsur diskontinuitas. Beragam pemimpin diutus Allah untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat di mana gereja berada. Para pemimpin melayani-Nya dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang bersumber dari kitab suci. Sebagaimana kebutuhan masyarakat berubah dan berbeda setiap zaman, demikian juga bentuk dan model kepemimpinan. Meski aspek diskontinuitas perlu diperhatikan, namun tulisan ini hanya akan membahas aspek kontinuitasnya. Pembahasan dimulai dengan merumuskan pemimpin sebagai pelayan Allah. Sebagai pelayan Allah pemimpin menyampaikan kehendak Allah kepada komunitas yang dipimpinnya. Hakikat utama kepemimpinan adalah pengungkapan atau penyataan kehendak Allah bagi masyarakat. Ringkasnya, pemimpin adalah pelayan firman Allah (the word of God). Pelayanan dan firman Allah merupakan dua unsur yang tidak terpisahkan dalam kepemimpinan. Keduanya membentuk aspek kontinuitas suatu kepemimpinan. Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang memperhatikan dimensi pelayanan dan firman Allah. Esensi fundamental suatu kepemimpinan berjalan dalam jalur kedua dimensi ini. Apakah memang demikian model pemimpin dalam Alkitab? Bagian berikut berusaha menguraikannya secara ringkas. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
STT Seminari Alkitab Asia Tenggara |
en_US |
dc.relation.ispartofseries |
VERITAS Jurnal Teologi dan Pelayanan;Vol. 5 No. 2 |
|
dc.subject |
Kepemimpinan |
en_US |
dc.subject |
Biblika |
en_US |
dc.subject |
Pelayanan |
en_US |
dc.title |
Kepemimpinan Biblika: Musa dan Ezra Sebagai Pelayan Firman |
en_US |
dc.type |
Article |
en_US |