Abstract:
Orang muda tidaklah imun terhadap permasalahan kehidupan. Di tengah masalah yang kaum muda hadapi, mereka sering kali merasakan tidak memiliki orang lain yang mengerti mereka. Dalam kondisi seperti itu, pelayanan pendampingan bagi kaum muda menjadi sebuah keniscayaan. Dengan kenyataan bahwa kaum muda memiliki kebutuhkan untuk didengar, tulisan ini akan memaparkan pelayanan “mendengarkan” sebagai sebuah hal yang perlu digarisbawahi saat melakukan pendampingan pastoral kepada kaum muda. Pemaparan pelayanan “mendengarkan” akan diawali dengan sebuah landasan teologis tentang Allah yang mendengar. Pembahasan tersebut akan dilanjutkan dengan pemaparan tentang pelayan kaum muda sebagai pelayan yang mendengar dan memampukan komunitas untuk menjadi komunitas yang mendengar. Dalam kerjasama yang baik antara pelayan yang mendengar dan komunitas yang mendengar, efektivitas pendampingan pastoral akan menjadi optimal.