STT Amanat Agung Repository

Khotbah yang Inklusif: Insight dari Model Pendidikan Multikultural

Show simple item record

dc.contributor.author Dany Christopher
dc.date.accessioned 2024-11-14T06:58:17Z
dc.date.available 2024-11-14T06:58:17Z
dc.date.issued 2024-08
dc.identifier.isbn 978-623-98922-9-6
dc.identifier.uri https://repository.sttaa.ac.id/xmlui/handle/123456789/707
dc.description Salah satu pelayanan utama dalam kehidupan gereja adalah khotbah. Setiap Minggu, firman Tuhan disampaikan dan dijelaskan melalui khotbah. Sadar atau tidak, umumnya isi dan aplikasi khotbah ditujukan kepada kelompok mayoritas, sedangkan kelompok minoritas cenderung kurang mendapat perhatian. Di gereja dengan identitas kesukuan atau etnis tertentu, misalnya, mengarahkan isi khotbah kepada kelompok etnis tersebut dianggap hal yang lumrah dan bahkan wajar. Hal ini tentu membuat isi khotbah menjadi kurang aplikatif bagi etnis lain. Bukan hanya tentang etnis, tetapi juga kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Contoh sederhana, khotbah dengan tema keluarga— khususnya yang menekankan hubungan orang tua dan anak atau suami dan istri—mungkin akan membuat mereka yang merantau, yang tidak memiliki keluarga, atau yang single merasa bahwa ibadah dan khotbah tersebut bukan untuk mereka. Dalam ibadah dan khotbah intergenerasi, bisa jadi kelompok remaja dan anak-anak merasa jika keberadaan mereka hanya sebagai “aksesori” dari usaha menyukseskan sebuah program. Contoh-contoh mengenai golongan yang kadang terlewatkan masih bisa bertambah, seperti kaum wanita, disabilitas/difabel, lansia, LGBT, para PRT atau suster pendamping, dan seterusnya. Jika ini adalah permasalahan yang dihadapi, apakah ada cara untuk meningkatkan kesadaran para pengkhotbah akan keberadaan dan kebutuhan kelompok minoritas sehingga khotbah yang disampaikan bisa menjangkau kelompok tersebut? Dalam studi homiletika (ilmu khotbah), sudah ada beberapa usaha untuk membantu pengkhotbah untuk menjangkau kelompok minoritas dengan menggunakan berbagai perspektif yang memberi perhatian terhadap konteks sosial-budaya dari jemaat. Salah satu cara yang bisa menolong ialah dengan memakai insight dari pendidikan multikultural yang dicetuskan oleh James A. Banks. Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu menjawab pertanyaan: Mengapa mencari insight dari pendidikan multikultural? Pertama, pada dasarnya, salah satu fungsi utama khotbah adalah untuk mendidik jemaat agar mereka memahami suatu kebenaran dan menghidupinya. Jadi, khotbah masih beririsan dengan studi pendidikan (education). Kedua, jemaat yang kita layani berasal dari berbagai konteks sosial- budaya. Dalam gereja etnis pun tetap ditemukan kelompok jemaat dari etnis atau suku yang berbeda. Dengan kata lain, dalam gereja dengan identitas mono-kultur, jika ditelusuri, tetap terdiri dari jemaat multi-kultur. Dua alasan di atas menunjukkan bahwa insight dari model pendidikan multikultural bisa membantu seorang pengkhotbah untuk mempersiapkan dan menyampaikan khotbah yang lebih inklusif. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher STT Amanat Agung en_US
dc.relation.ispartofseries Gereja bagi Semua;177-192
dc.subject Khotbah en_US
dc.subject Inklusif en_US
dc.subject Pendidikan Multikultural en_US
dc.title Khotbah yang Inklusif: Insight dari Model Pendidikan Multikultural en_US
dc.type Book chapter en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

  • Bab Buku
    Bab buku karya civitas academica STT Amanat Agung (Book chapters by STTAA community)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account